MAKALAH AKHLAK TASAWUF
Mahabbah,Tokoh dan Ajarannya
Di susun Oleh :
Kelompok VIII
Nama : YULIA
SRI ASTUTI
Prodi PGMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIKMAH MEDAN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbil alamin, kami ucapkan
puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
makalah Akhlak Tasawuf ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa pula sholawat dan
salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman.
Dalam makalah ini menjelaskan
tentang Mahabbah yang merupakan salah satu materi dalam mata kuliah Akhlak
Tasawuf.Semua materi yang kami sajikan dalam makalah ini merupakan diambil dari
beberapa sumber yang Insya Allah dapat dipertanggung jawabkan.Namun kami
berharap semoga adanya makalah ini dapat membantu bagi para mahasiswa,dosen,
dan para pembaca pada umumnya serta khususnya bagi kami pembuatnya.
Kami selaku pembuat makalah mohon
maaf apabila dalam penyampaian materi dan penulisan masih banyak kekurangan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini dapat
dikarenakan keterbatasan kami sebagai penulis.Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan untuk makalah kami selanjutnya.
Medan,
Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………ii
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A.Latar
Belakang……………………………………………………………..1
B.Rumusan
Masalah………………………………………………………….1
C.Tujuan
Penulisan…………………………………………………………...1
BAB
II PEMBAHASAN…………………………………………………………….2
A.Pengertian Mahabbah………………………………………………………2
B.Tokoh Sufi dan Ajarannya………………………………………………….3
BAB
III PENUTUP…………………………………………………………………19
A.Kesimpulan………………………………………………………………..19
B.Saran……………………………………………………………………….19
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………….20
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perasaan cinta tidak akan pernah
lepas dari kehidupan kita.Entah itu rasa cinta terhadap benda rasa cinta kepada
sang pencipta.
Dalam kesempatan kali ini kami ingin
sedikit menguraikan pengetahuan kami tentang mahabbah yaitu kata yang digunakan
untuk menunjukan pada sesuatu Faham atau aliran dalam tasawuf, yang obyeknya
lebih ditunjukan pada tuhan.Mahabbah memiliki beberapa bentuk sifat cara dan
langkah untuk menggapai Cinta Ilahi yaitu Bertaubat dan mensucikan diri,
Senantiasa berbuat baik,Sabar dan taqwa,berbuat adil,Berjihad dijalan
Allah,Mengikuti Nabi Muhammad Saw,Senantiasa dengan amalan nawafil, serta
Senantiasa Ingat Allah.
B.Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian mahabbah?
b.Siapakah tokoh sufi mahabbah dan
ajarannya?
c.Sebutkan tingkatan yang ada didalam
Mahabbah?
d.Sebutkan beberapa bentuk sifat dan
cara langkah untuk menggapai Cinta Ilahi?
C.Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk mempelajari mahabbah lebih dalam lagi tentang pengertian mahabbah, alat
untuk mencapai mahabbah, tokoh sufi mahabbah dan ajarannya,tingkatan didalam
mahabbah serta bentuk sifat dan cara langkah dalam menggapai Cinta Ilahi.
BAB II
MAHABBAH
A.Pengertian Mahabbah
Mahabbah (cinta) adalah kata yang
sangat indah untuk diucapkan dan didengar, apalagi dirasakan oleh manusia.Cinta
adalalah satu anugrah Tuhan yang cukup mulia dan paling berharga, karena dengan
cintalah setiap orang pasti mau melaksanakan segala perintah dan menjauhi
larangan dengan seikhlas mungkin dan karena cinta kedua orang tua jugalah
manusia terlahir kemuka bumi.Andainya cinta tiada kita tidak akan mampu
membayangkan bagaimana hampanya kehidupan ini, betapa tiada dan kosongnya
kenikmatan hidup dalam jiwa setiap manusia dan betapa hidup terasa tanpa arti
dan makna sama sekali.
Manusia yang beriman tentu akan
selalu berupas menumbuhkan rasa cintanya pada
Ilahi,pencipta diri dan kehidupan ini.Mereka juga tidak pernah bosan
dalam melaksanakan segala keinginan dan kesenangan Tuhannya yang tergambar
dalam perintah-perintahnya-Nya dan senantiasa menjauhi larangan-Nya dan yang
menjadikan seserang berada dalam posisi murka-Nya.Orang beriman pasti memiliki
tingkat cinta yang besar kepada-Nya sebagaimana dijelaskan-Nya :
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“….
Dan Orang-rang yang beriman sangat besar
cintanya pada Allah SWT.” [1]
Jika cinta pada Makhluk-Nya saja
mampu menghantarkan seseorang pada kesenangan dan hilangnya akal bagaimana
dengan cinta pada sang Khaliq, tentu jauh lebih berharga dan nikmat.Tuhan tidak
memberikan cinta-Nya kepada setiap orang, akan tetapi dia akan memberikan cinta-Nya
hanya kepada orang-orang tertentu yang dikasihi-Nya, menjadikan-Nya teman setia
dalam setiap aktifitas kehidupan sehingga Dia Ridha pada mereka.
Mahabbah (cinta) adalah penghubung
atau pengikat antara seorang sufi dengan Tuhan-Nya.Jadi cinta adalah
pengikat,penghubung,laluan,tangga naik menuju Allah.Cinta merupakan metode
untuk menuju Allah. Cinta menjelaskan sekaligus mengarahkan para sufi untuk
mencapai satu tujuan yaitu Tuhan.Cinta mistikal merupakan kecenderungan yang
tumbuh di dalam jiwa manusia terhadap sesuatu yang lebih tinggi dan lebih
sempurna terhadap dirinya,baik keindahan,kebenaran maupun kebaikan yang
dikandungnya. Cinta juga mendapatkan derivasinya dari Al-Qur’an.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُون
“Dan aku tidak menciptakan Jin dan
Manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku.[2]
Didalam ayat ini
tersirat bahwa dalam jalan cinta terdapat pengabdian kepada yang Dicintai.
Selain itu para sufi juga menghubungkan pencapaian di jalan cinta dan
memperoleh pengetahuan mendalam tentang Yang Hakiki. Ibnu Abbas misalnya
menafsirkan kalimat “…supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”dalam ayat di atas sebagai”Upaya mencapai pengetahuan
Tuhan melalui jalan cinta.”[3]
Demikianlah, hidup para sufi diatas
Rajutan-rajutan Cinta Bagaimana mungkin para sufi bertindak kasar kepada Makhluk-makhluk
Tuhan yang lain jika ia dipenuhi rasa cinta? Dalam hal ini termasuk sikap
lembut para sufi kepada para penganut agama yang berbeda, sekalipun dengan
orang-orang Musyrik (baca: menentang Tuhan).
B.Tokoh Sufi Dan Ajarannya
Bagi para sufi, Cinta pada
hakikatnya adalah Tujuan Aktivitas seorang hamba. Dalam hal ini Maulana Syakh
Muhammad Nazhim Adil Al-Qubrusi Al-Haqqani menulis :
Cinta adalah indah bagi Tuhan dan
hamba-Nya, Jika engkau melakukan apapun dengan cinta, itu akan diterima oleh
Tuhan kamu,dan Dia akan membuatnya terasa manis untukmu.Jika engkau mencintai
pekerjaanmu Engkau akan lebih mudah melakukannya; jika tidak,itu hanya akan
menjadi beban. Tuhan berkata :” Aku tidak butuh sembahyangmu,Aku hanya mencari
cinta dengannya engkau mempersembahkan sembahyangmu itu.Oh Hamba Tuhan,Wahai
orang beriman,jangan engkau meremehkan hal ini.
Jangan menjadi seperti budak-budak
yang mendayung di lambung kapal; jika engkau beribadah, lakukanlah dengan penuh
cinta jangan merasa terpaksa seolah-olah seorang Algojo berdiri di sampingmu
dengan cambuk ditangannya!Allah tidak pernah menghargai penghambaan yang
terpaksa
semacam ini. Sekarang ini kita
semua mencoba untuk melakukan semua Ibadah tetapi melupakan
untuk meminta cinta Ilahiah,sehingga kita
menjadi seperti Robot,atau seperti orang melakukan senam.Allah meminta kita
untuk menggunakan tubuh kita dalam Ibadah kepada-Nya dan melayani semua
ciptaan-Nya melalui sedekah dan amal baik, tetapi apakah yang akan menjadi buah
dari semua itu? Jika buahnya bukanlah “cinta”,itu adalah buah yang pahit, dan
itu akan ditolak! Jika Ibadah kita menyebabkan cinta akan Tuhan Tumbuh dalam
hati kita, maka kita harus terus mempertahankan ibadah itu.Dan jika kita berada
dalam bimbingan serang guru spiritual,dan menemukan bahwa, melalui Bimbingannya
Cinta kepada Tuhan tumbuh dalam hati kita, maka kita harus mengikuti Guru itu
lebih dekat lagi.[4]
Bagi
para sufi, cinta merupakan Aspek yang sangat Vital dalam berlari menuju
Tuhan.Menurut Jalaluddin Rumi kematian terburuk adalah hidup tanpa cinta.Untuk
itu ia berusaha untuk membuka pintu bagi dunia yang tak kasat mata bagi para
makhluk.Dalam sebuah syairnya,ia menulis:”Betapa lama percakapan
ini,figur-figur ini bicara Metafora ini?Aku ingin membakar,membakar mendekati
diri-Mu dan bakarlah semua pikiran dan segala konsep.”[5]
Seperti
beberapa Sufi lainnya,Rumi dan para pengikutnya yang telah meyakini ajarannya
mengajarkan kita bahwa cinta selalu menembus sekat yang kerap kali
membeda-bedakan manusia.Alam semesta dan seluruh isinya pada dasarnya baik dan
indah,meskipun ego kita menepis hal ini.
Tugas
kita yang utama adalah kembali kepada Rahmat Tuhan (baca: cinta) yang telah
menyatukan keragaman ke dalam kesatuan. Dalam sebuah bait Syair Rumi menulis :
Dekatkan
dirimu pada kami,tidak untuk lepas dari kesadaran!
Jangan jadi keledai-mengapa kamu
mengendus pada ekor setiap betina? Awal dan akhirmu adalah cinta yang abadi
jangan jadi serang pelacur,mengambil suami yang berbeda tiap malam.Tambatkan
hatimu pada hasrat dari mana ia tak pernah bisa dilepaskan.
Manusia singa,jangan buat hatimu
jadi anjing tiap jalur.Ketika dalam rasa sakit,carilah penawar,jangan pada
lainnya.Jangan seperti unta yang berlari kesetiap semak berduri-tinggalkan
selain taman,mata air,rerumputan, dan arus air.Berilah perhatian!Kaisar telah menyiapkan
hidangan raja.Atas nama Tuhan,jangan lanjutkan rasa laparmu dalam tempat sampah
ini! Pangeran kita yang beriman polo telah datang ke lapangan-buatkan hati dan jiwamu
sebuah bola sebelum kudanya.Basuhlah wajahmu hingga bersih jangan salahkan
cermin!Murnikan emasmu-jangan salahkan timbangan.Bagilah bibirmu hanya pada-Nya
yang memberimu bibir,berlarilah hanya pada-Nya yang memberimu kaki!Ketahuilah
bahwa wajah dan rambut dari kecantikan ini adalah palsu jangan menyebutnya
“wajah laksana bulan sehalus sutera.pipi mata dan bibir dipinjamkan untuk
menutupi bumi jangan ingin sekali dan senag melihat orang buta.Keindahan cinta
berteriak,”sama akan ada selamanya”.berteriaklah dan berdansalah hanya dengan
mengejar keindahan itu.Jangan hembuskan lagi kata-kata,puisi,atau hembuskan
mereka pelan-pelan dibawah bibirmu.Bicara adalah penghalang buatlah satu
saja,jangan bikin seratus penghalang.[6]
Javad Nurbakhsh bahkan
mengatakan bahwa cinta pada hakikatnya merupakan kekuatan tersembunyi yang
dapat merekatkan setiap perbedaan.Bahkan kekuatan cinta itu akan mengikis
beragam perbedaan yang selama ini menjadi penghalang dan sumber Konflik bagi
Manusia.Nurbakhsh menulis :
It is through the only binding force of love
can humanity leave behind its differences,its condition of multiplicity,and
(can) arrive at state of Oneness.Only Through love can we come to see that all
acts of worship,when performed with sincerity of the heart,lead the same
end,(and) come from the same source.(Hanya melalui kekuatan cinta yang
merekatkan ,umat manusia dapat meninggalkan beragam perbedaan, dan beragam
keadaan, menuju pada sebuah tujuan yang satu(baca: Tuhan).Hanya melalui cinta
kita dapat menghayati semua aktivitas ibadah ketika ditampilkan dengan hati
yang tulus,menuju sebuah tujuan,dan yang datang dari sumber yang sama).[7]
Rabi’ah al-Adawiyah
dianggap sebagai seorang sufi yang meletakan dasar knsep Zuhud berdasarkan
cinta (al-hubb). Konsep yang dibawa oleh Rabi’ah ini,membuat dia berbeda dengan
Hasan Al-Basri yang mendasarkan konsep zuhudnya kepada Khauf dan Raja.Inilah
,menurut R.A Nicholson,yang membuat nama Rabi’ah penting karena ia mengemukakan
konsep yang berbeda.
Rabi’ah
al-Adawiyah misalnya,dikenal dengan syair mahabbah-nya
yang cukup masyhur.Ada juga Shana’i Al-Ghaznawi,seorang pujangga Sufi Persia
pertama yang sangat produktif dalam memaparkan Dokrin-dokrin Tasawufnya melalui
Media Syair[8]
sejak paruh pertama abad ke-6 H.Enam puluh tahun setelah Shana’I,ada Fariduddin
al-Aththar (w.626 H), penyair yang juga sangat Produktif.Karya-karyanya
berbentuk Prosa dan puisi. Ia menulis Risalah Tadzkirah Al-Auliya’,yang berisi
riwayat hidup dan karakter para Sufi.Kitabnya Mantiq at-Thayr juga merupakan
maha karya dalam bidang Tasawuf.Sementara itu,Ibn Faridh al-Mishri (w.632 H)
merupakan Sufi yang sajak-sajak Tasawufnya sangat menakjubkan.Ia terkenal
dengan Diwan (himpunan sajak puitis)nya.Seorang penyair Sufi Iran lain yang
juga terkemuka adalah Jalaluddin Muhammad ar-Rumi (w.672 H) yang terkenal
dengan Matsnawi-nya.Karyanya ini merupakan samudera ‘Irfani yang sarat dengan
Visi Spritual dan sosial yang unik dan istimewa. Selain mereka juga ada Nizami,
seorang sufi penyair Persia yang cukup terkenal.Salah satu syair dari lima
naratif (khamsah) yang digubahnya berjudul Makhazan Al-Asrar (Khazanah
Rahasia-Rahasia).[9]
Menurut
Al-Ghajalai ada 3 langkah jalan Menuju Allah,yaitu penyucian hati dengan cara
Mawas diri dan penguasa serta pengendalian Nafsu-nafsu dan membersihkan diri
dari Ikatan pengaruh keduniaan. Ini semuanya terhubung dengan penyucian hati
yang dalam ajaran tasawuf dipercayai mempunyai kemampuan Rohani dan menjadi
alat satu-satuNya untuk Makrifat kepada Zat Tuhan dan Untuk mengenal semua
rahasia alam Gaib. Konsentrasi dalam Zikir pada Allah yang dalam Istilah
Al-Ghozali disebut Istighrog Al-Qolb Bizik Rillah.Menurut Al-Ghozali,Bila Zikir
ini berhasil akan mengantar pada pengalaman atau penghayatan Fana’Fillahi,
yakni beralihnya kesadaran dari Alam Inderawi kea lam kejiwaan atau Alam Batin
dan Ma’rifah kepada Allah.[10]
Demikianlah
para Shufiah membuat suatu system “Thariqoh” mengadakan latihan jiwa,
membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela/Mazmumah dan mengisinya dengan
sifat yang terpuji/mahmudah dan memperbanyak zikir dengan penuh ikhlas
semata-mata untuk memperleh keadaan”Tajali’yakni bertemu dengan Tuhannya
sebagai bagian terakhir dan terbesar.
Salah satu pertanyaan Rabi’ah yang menunjukan
kecintaan dan rindunya Allah adalah :
“Saya
tidak menyembah Allah Karena takut kepada neraka-Nya dan tidak pula tamak
(untuk mendapatkan) syurga,(karena hal itu ) akan menjadikan saya pencari
imbalan yang berakhlak buruk.(Ketahuilah), bahwa saya menyembahNya karena cinta
rindu kepada-Nya”.
Diantara
syairnya yang paling masyhur adalah :
“Aku mencintai-mu dengan dua cinta,
Cinta karena diriku dank arena diri-Mu.
Cinta karena diriku adalah keadaan
senantiasa mengingat-Mu.
Cinta karena diri-Mu
Adalah keadaanku mengungkapkan tabir
sehingga Engkau kulihat Baik ini maupun itu,pujian bukanlah bagiku
Bagi-Mu pujian untuk semuanya.
Begitu penuh cintanya
kepada Allah, sampai-sampai ketika ditanya apakah dia mencintai Rasulullah,
akan tetapi cintaku kepada Allah sudah tidak mensisakan satu ruang pun untuk
mencintai selain Dia atau bukan untuk membenci iblis sekalipun.
Tentang
apa yang dimaksud dengan Al-Mahabbah, Harun Nasution mengatakan bahwa
pengertian yang diberikan kepada Al-Mahabbah antara lain sebagai berikut :
1.
Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan
membenci sikap melawan kepada-Nya.
2.
Menyerahkan seluruh diri kepada yang
dikasihi.
3.
Menyongsongkan diri dari segala-galanya
kecuali dari yang dikasihi.
Jika ketiga
pengertian ini dihubungkan kepada Rabi’ah Al-Adawiyah maka
riwayat- riwayat yang menerangkan
tentang dirinya dan ucapan-ucapannya yang telah dikemukakan bahwa dia adalah
pelopor sekaligus pengamal ketiga pengertian Mahabbah tersebut.
1. Ia
dikenal sebagai orang yang sangat taat kepada Allah.
2. Menyarahkan
seluruh diri kepada yang dikasihi dimana ia tidak mau untuk berbagi kasih,
misalnya dengan sebuah perkawinan.
3. Dirinya
kosong dari segala-galanya kecuali Allah,dimana dia tidak menyisakan sedikit
ruang pun untuk mencintai selain Allah,bahkan untuk Muhammad SAW, dan juga
tidak menyisakan hati untuk membenci bahkan Iblis sekalipun.
Al-Mahabbah dikatakan bertingkat-tingkat.Al-Sarraaj
sebagaimana yang dikutip oleh Harun Nasution,misalnya mengatakan ada tiga
tingkatan.
1. Mahabbah
orang biasa yang mengambil bentuk selalu mengingat Allah dengan zikir, suka
menyebut nama-nama Tuhan dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan
Tuhan.
2. Mahabbah
orang Shidiq, yaitu cinta orang yang kenal pada Tuhan,pada kebesaran-Nya,pada
kekuasan-Nya,pada Ilmu-Nya.
3. Cinta
orang yang Arif, yaitu cinta orang yang tahu betul pada Tuhan.Cinta ini timbul
karena telah tahu betul pada Tuhan.Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta,
tetapi diri yang dicintai.Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk kedalam diri
yang dicintai.
Mahabbah
pada tingkat ini sebenarnya hampir sama dengan Ma’rifah.Hanya
saja Ma’rifah adalah merupakan tingkat
pengetahuan kepada Tuhan melalui hati, maka mahabbah adalah perasaan kedokteran
dengan Tuhan melalui cinta. Hamka mengatakan:
“ Cinta murni kepada
Tuhan,itulah puncak Tasawuf Rabi’ah.
Pantun-pantun kecintaan kepada Ilahi,yang
kemudiannya
Banyak keluar dari ucapan Sufi yang besar
sebagai Fariduddin Al- Athaar,Ibnu
Faarid,Al-Hajjaj,Jalaluddin Rumi dan lain-lain,telah dimulai lebih dahulu oleh
Rabi’ah.[11]
Kedua
orang tua Rabi’ah meninggal sewaktu ia masih kecil dan kemudian ia kelihatannya
dijual sebagai Budak,tetapi pada akhirnya ia memperoleh kemerdekaan.Ajaran
tasawuf yang dibawanya itu terkenal dari tingkat kehidupan Zuhud dan hanya
ingin berada dekat dengan Tuhan.Ia banyak beribadah,bertobat dan menjauhi hidup
duniawi,dan menolak segala bantuan materi yang diberikan oorang kepadanya.Hal
ini dapat dilihat dari ketika teman-temannya ingin memberikan rumah
kepadanya,ia mengatakan:
“Aku
takut kalau-kalau rumah ini akan mengikat hatiku,sehingga aku terganggu dalam
amalku untuk akhirat”Kepada seorang pengunjung ia memberi nasehat:
“Memandang
dunia sebagai sesuatu yang hina dan tak berharga,adalah lebih baik
bagimu”Segala lamaran cintapun ia tolak,karena kesenangan dunia itu akan
memalingkan perhatian pada akhirat.
Kecintaan
Rabi’ah kepada Tuhan,antara lain ditunjukan dalam Syair-syair berikut ini :
“
Ya Tuhan,Bintang di langit telah gemerlapan,mata telah bertiduran pintu-pintu
istana telah terkunci dan tiap pecinta telah menyendiri dengan yang dicintainya
dan inilah aku berada di hadiratmu.
Itulah
ucapan yang menggambarkan rasa cinta Rabiah kepada Tuhan,yaitu cinta yang
memenuhi seluruh jiwanya,sehingga ia menolak lamaran kawin dengan alasan
dirinya hanya milik Tuhan yang dicintainya,dan siapapun ingin kawin dengan
dia,harus meminta izin kepada Tuhan.”[12]
Kemasyarakatan
yang diperolehnya ialah karena mengemukakan dan membawa versi baru dalam hidup
Kerohanian.Cinta yang Suci Murni lebih tinggi dari pada takut dan
pengharapan,karena yang suci murni tidak mengharapkan apa-apa.Cinta murni
kepada Tuhan merupakan puncak Tasawuf Rabiah Al-Adawiyah,sungguh banyak pantun
yang dapat memuji keagungan Tuhan.Cinta yang asli,suci murni dan
sempurna,keadaan ini yang selalu disenandungkan dalam ungkapan syir yang
dijiwai oleh ketinggian Iman.[13]Rabiah
Mengatakan:
“Akad
Nikah adalah hak pemilik alam semesta sedangkan bagi diriku,hal itu tak
ada,karena aku telah berhenti maujud dan terlepas dari diri! Aku Maujud dalam
Tuhan dan diriku sepenuhnya milik-Nya.Aku hidup didalam naungan diriku Firman-Nya.Akad
mesti diminta dariNya bukan dariku.
Dan
diriwayatkan bahwa Rabiah terusmenerus shalat sepanjang malam setiap
harinya.Kalau fajar tiba,dia tidur beberapa saat sampai fajar
lewat.Diriwayatkan juga bahwa ketika ia bangun tidur dia selalu berkata:”Duh
Jiwa!berapa lama kau tidur tanpa bangkit lagi kecuali oleh termpet Hari
Kebangkitan,begitulah ia setiap hari sampai meninggal dunia.[14]
Ajaran
yang terpenting dari Sufi wanita ini adalah Mahabbah dan bahkan menurut banyak
pendapat,ia merupakan orang pertama yang mengajarkan Al-Hubb dengan isi dan
pengertian yang khas Tasawuf.Hal ini ada kaitannya dengan koratnya sebagai
wanita yang berhati lembut, dan penuh kasih sayang,rasa etika yang dalam
berhadapan dengan situasi yang dihadapi pada masa itu.[15]
Rabiah
adalah yang perama kali menyanyikan nyanyian cinta dalam Tasawuf,dengan bentuk
Syair dan Prosa.Pantaslah bagi dayak keluarga Uthai’ini sebagai seorang wanita
utama dizamannya,yang mempunyai jiwa suci murni yang sangat tidak terpedaya
oleh dunia,jika ia memutuskan hubungannya dengan segala dan menjerumuskan
perhatian semata-mata kepada yang dicintai,Habbul Ilahi,Cinta Tuhan,yang
didengungkan ya dalam segenap nyanyiannya.[16]
MenurutAl-Junayd
”Cinta berarti merasuknya sifat-sifat Sang Kekasih (Khalik) mengambil alih
sifat-sifat pecinta (Salik).:;dimana seseorang itu mestilah berakhlak dengan
Akhlak Allah.[17]
Wujud konkret dari cinta adalah terbangunnya persahabatan sejati,yakni sebuah
keikhlasan untuk memandang orang lain lebih pantas dihormati dan jauh dari
sifat menymbngkan diri sendiri.Dikisahkan dalam kitab Induk Tasawuf karya imam
Al-Qusyairy an-Naisabury,bahwa ada seseorang yang bersahabat pada Ibrahim Bin
Adham.Ketika orang tersebut mau berpisah,berkata Ibrahim,”Bila engkau melihat
diriku ada cacat,maka ingatlah daku.”Ibrahim menjawab,”Aku tak pernah melihat
cacatmu,karena aku melihatmu dengan mata kecintaan,wahai sahabat.Sehingga aku
selalu memandangmu dengan mata pandangan kebaikan.”Betapa indahnya konsep
seperti ini.Para sufi itu menghidupkan”tulisan”di Kitab Suci dan teks Hadist
Nabi dalam gerak kehidupan sehari-hari.Sosialisasi tersebut menyebabkan
terbangunnya satu masyarakat yang Sehati,kompak,padu,dan tak pernah memandang
pluralitas atau perbedaan sebagai sebuah kendala apalgi ancaman.Annemarie
Schimmel memetik Hadist yang berbunyi,”Al-Mu’min mi’rat al-mu’min (Orang mukmin
adalah cermin bagi sesamanya.)”Dan dijelaskan bahwa hadist ini menjadi dasar
yang oleh kaum Sufi dianggap pedoman yang sangat baik di dalam menjalin
Hubungan Sosial.[18]
Melalui
cinta ini,para Sufi meyakini bahwa mereka berada dalam naungan Cinta
Tuhan.Tuhan tidak membedakan-bedakan Agama Manusia.Tuhan akan tetap memancarkan
Cinta dan kasih sayangnya kepada siapa saja,walaupun kepada orang-orang yang
menentang-Nya. Kemurahan cinta Tuhan inilah yang diderivasi kaum Sufi dalam
melihat orang lain.Terkait dengan wacana ini,Kabir Helminski menulis:
“Those who have encountered and
lived with the messange of the Qur’an must acknowledge that God’s
Compassion,Generosity,and Mercy operate through all religions,and in fact all
the Phenomena of existence.God’s quality rain down the faithful of all faiths
and even upon those who deny this reality.(Mereka yang
hidup dengan bimbingan pesan Al-Qur’an harus mengakui cinta yang dilimpahkan Tuhan
pada semua agama, dan setiap yang ada.Kasih Tuhan sampai tidak hanya kepada
mereka yang beriman,namun juga kepada yang tidak beriman).[19]
Cinta yang
bersemayam dalam hati setiap Sufi menutup kemungkinan munculnya sifat smbong
dan rasa benci kepada rang lain.Bagi para Sufi,hal ini merupakan sebuah
persoalan penting.Seorang Sufi yang berpendirian demikian rela untuk mati demi
kelezatan cinta yang sudah ia rasakan. Al-Hallaj dieksekusi mati dengan tuduhan
menyebar luaskan ajaran hulul dalam tasawuf.Ajaran itu diputuskan sesat oleh
penguasa berdasarkan Legitimasi para ahli fikih Madzhab Zhairi.Penentuan
“sesat” atas pengalaman batin Al-Hallaj,sebagai Sufi Agung yang sudah tidak ada
ruang untuk membenci rakyat kecil dan kelmpok Marjinal seperti Syi’ah,Qaramithah
dan Non Muslim.
Jika cinta pada
Makhluk-Nya saja mampu mengantarkan seseorang pada kesenangan dan hilangnya
akal bagaimana dengan cinta pada sang Khaliq, tentu jauh lebih berharga dan
nikmat.Tuhan tidak memberikan cinta-Nya kepada setiap orang akan tetapi Dia
akan memberikan cinta-Nya hanya kepada orang-orang tertentu yang dikasihi-Nya
karena mereka juga selalu mendambakan-Nya teman setia dalam setiap aktifitas
kehidupan sehingga Dia Ridha pada mereka.
Dalam Al-Quran
disebutkan ada beberapa bentuk sifat,cara langkah untuk menggapai Cinta
Ilahi,yaitu:
1. Bertaubat dan Mensucikan Diri
Orang
yang bertaubat dengan sesungguhnya, menyesali perbuatan jahat dan keji
yang pernah dilakukannya serta
senantiasa membersihkan dan mensucikan dirinya dengan amalan-amalan shaleh dan
menghindari kejahatan secara terus menerus tanpa pernah mersakan bsan,maka
tentu ia akan memperoleh Kasih Sayang,Rahmat dan cinta-Nya.Dalam hal ini Allah
SWT berfirman;
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
”Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mau mensucikan dirinya.[20]
2 Senantiasa Berbuat Baik
Orang yang baik akan
selalu senang bersama orang yang baik.Demikian juga dengan orang yang jahat
tentu lebih suka berteman dengan para penjahat.Orang baik akan selalu mencintai
kebaikan dan menetapinya sehingga akhirnya ia dicintai oleh Yang Maha
Baik,yaitu Allah Swt.Allah mengatakan:
”Berinfaklah dijalan Allah dan janganlah kamu
menjatuhkan tanganmu dalam kebinasaan dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang selalu berbuat baiklah sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang selalu berbuat kebaikan.[21]
“Firman-Nya
lagi :
“Maka Allah memberikan pahala (imbalan) dunia
dan sebaik-baik imbalan akhirat,sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berbuat baik.”[22]
Jadi
dengan selalu mengerjkan kebaikan,member makan Fakir Miskin,membantu
gerakan-gerakan pengembangan dan penyiaran Agama Allah dengan bantuan Moril
maupun Materil tentu akan mengantarkan seseorang pada penggapaian cinta Ilahi.[23]
3. Sabar dan Taqwa
Mengenai
orang-orang ini Allah berfirman :”Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang sabar.[24]Dan
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Taqwa[25].Dalam
ayat ini ditegaskan Tuhan bahwa Ia pasti mencintai orang yang bersabar dan
taqwa.Mereka selalu bersabar dalam menjalankan perintah-Nya,menegakkan dan
memperjuangkan agama-Nya dan hati mereka tetap teguh dan istiqamah bersama-Nya.
Demikian juga orang yang Taqwa yang selalu
menaati-Nya,melakukan kebaikan hanya karena-Nya,menaati janji karena-Nya bukan
karena musuh-musuh-Nya demi menjalankan perintah-Nya dan dengan tanpa rasa
takut selain dari pada-Nya maka tentu orang ini akan mampu memperoleh cinta dari-Nya.
4. Berbuat Adil
Pemimpin
yang adil adalah salah satu musuh terbesar syaitan (HR.Bukhori
Muslim), musuh bebuyutannya yang selalu
menjadi penghalang gerakan-gerakannya.
“Allah
juga mencintai seorang hakim yang mengambil putusan dengan adil dan bijaksana,[26]mampu
mendamaikan kedua saudaranya dengan Adil [27]serta
bersikap Adil pada Kafir Zimmi (orang
kafir yang tidak memerangi Islam).[28]
Keadilan
adalah pusat kebaikan,dengan penegakan keadilan orang yang lemah tidak putus
asa dari keadilan hakim dan penguasanya,dan orang besar (perangkat penguasa)
tidak dapat berlaku zalim pada orang-orang lemah (Nasehat Umar pada Abu Musa
al-Asy’ari).Dengan demikian tersaalah kedamaian dalam kehidupan,terciptalah
ketenangan pada setiap lapisan masyarakat dan tidak ada masyarakat yang merasa
hebat dan gagah dihadapkan hukum,hilanglah diskriminasi dan Mafia-mafia
peradilan,berwibawa serta terpujilah para hakim dan penguasanya.
5. Berjihad di Jalan Allah
Jihad secara bahasa
berarti bersungguh-sungguh, maksudnya bersungguh-
Sungguh menegakkan dan memperjuangkan
Agama Allah agar ia berkembang dan dapat diamalkan manusia dengan baik dalam
segala aktifitas kehidupan mereka.Apabila Agama telah nyata dalam kehidupan,
maka nyata pulalah kebaikan,ketenangan,kedamaian dan kemakmuran dalam kehidupan
masyarakat.Ini adalah janji Tuhan pada
Hamba-hamba-Nya yang akan memberikan kemakmuran pada mereka[29]
memberikan kehidupan yang baik [30]dan menjadikan mereka umat yang Mendominasi atau menguasai dunia[31].
Tentang kecintaan Allah pada orang yang berjihad ini adalah;”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya,
mereka bershaf-shaf seolah-olah sebuah bangunan yang kokoh”.[32
6. Mengikuti Nabi Muhammad Saw
Sebagai umat maka kita
wajib mengikuti cara atau Metode mengamalkanAgama Sesuai dengan apa yang
diajarkan oleh Allah melalui gerakan-gerakan praktis yang dilakukan Nabi-Nya.
Mengikuti Nabi SAW sama artinya mengikuti keinginan dan kesenangan Allah
SWT,karena makhluk yang paling disenangi dan dicintai Allah adalah Nabi
Muhammad SAW,maka dengan mengikuti orang yang paling dicintai-Nya tentu kita
juga akan memperoleh cinta-Nya, cinta abadi yang tak pernah kunjung hilang dan
binasa. Dia mengartikulasikan :”Katakanlah (hai kekasih-Ku Muhammad), jika kamu
mencintai Allah, maka ikutilah aku Niscaya Allah pasti akan mencintai kamu dan
mengampuni semua dosa-dosa kamu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”[33]
7. Senantiasa dengan Amalan Nawafii
Poin
bertujuh ini didasarkan pada hadis Qudsi yang diriwayatkan secara shahih
oleh Bukhori Muslim yang artinya:’ Tidak
henti-hentinya hamba-Ku mendekatiku dengan amalan-amalan Nawafil yang sehingga
Aku mencintainya, dan ketika Aku telah mencintainya maka Aku jadikan matanya
memendang adalah mata-Ku, mulut berbicara adalah mulut-Ku dan telinganya
mendengar adalah telinga-Ku.
8. Senantiasa Ingat Allah
Setiap
orang yang senantiasa mengingat Allah, merasakan kehadiran-Nya pada
setiap kondisi dan keadaan maka dengan
begitu ia akan memperoleh cinta-Nya,karena seseoorang hanya akan dapat menggapai
cinta Ilahi jika ia selalu ingat pada-Nya dan orang yang dicintai itulah orang
yang paling banyak diingat dan disebut-sebut namanya.
Jika
cinta kita ditunjukan pada Allah, maka Allah juga akan memberikan cinta-Nya
pada kita,ini terjadi secara otomatis.Allah berfirman dalam shahih Bukhori
Muslim:”Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku jika ia mengingat-Ku dalam
dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku.”Hadis ini dapat dimaknai
bahwa jika seseorang mengingat dan mencintai Allah, pastilah Allah juga
memberikan ingat dan cinta-Nya pada orang itu.
Secara
Qurani kita dapat menyimpulkan bahwa dengan melaksanakan tujuh amalan diatas
seseorang akan mampu menggapai cinta Ilahi,karena cinta Tuhan hanya
diberikannya pada orang-orang yang juga mencintai-Nya, bukan pada orang-orang
yang selalu durhaka dan membenci-Nya.
Cinta
Ilahi tentu masih jauh lebih berharga dari cinta manusia karena cinta Ilahi
bersifat eternal (kekal), mampu menembus semua keinginan yang tidak dapat
dilakukan oleh manusia dalam bentuk Karamah dan Ma’unah (kelebihan tertentu
yang diberikan Ilahi pada orang yang dicintai-Nya yang berada diluar kemampuan
atau pikiran manusia biasa) disbanding cintanya Manusia yang Temporal, Nisbi
dan selalu berubah.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahabbah (cinta) adalah
kata yang sangat indah untuk diucapkan dan didengar, apalagi dirasakan oleh
manusia.Cinta adalalah satu anugrah Tuhan yang cukup mulia dan paling berharga,
karena dengan cintalah setiap orang pasti mau melaksanakan segala perintah dan
menjauhi larangan dengan seikhlas mungkin dan karena cinta kedua orang tua
jugalah manusia terlahir kemuka bumi.
Al-Mahabbah dikatakan
bertingkat-tingkat.Al-Sarraaj sebagaimana yang dikutip oleh Harun
Nasution,misalnya mengatakan ada tiga tingkatan.
4. Mahabbah
orang biasa yang mengambil bentuk selalu mengingat Allah dengan zikir, suka
menyebut nama-nama Tuhan dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan
Tuhan.
5. Mahabbah
orang Shidiq, yaitu cinta orang yang kenal pada Tuhan,pada kebesaran-Nya,pada
kekuasan-Nya,pada Ilmu-Nya.
6. Cinta
orang yang Arif, yaitu cinta orang yang tahu betul pada Tuhan.Cinta ini timbul
karena telah tahu betul pada Tuhan.Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta,
tetapi diri yang dicintai.Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk kedalam diri
yang dicintai.
B. Saran
Kita
sebagai orang islam yang harus selalu menjalankan syariat islam secara serentak
bersamaan dengan iman dan ihsan, harus benar-benar mengabdikan diri kepada
Allah karena kita diciptakan oleh Allah dan kepada-Nya pula kita akan kembali.
Jadi janganlah sekali-kali kita tidak mengerjakan perintahnya atau malah
melupakannya. Mungkin dengan kita mengetahui macam-macam mahabbah diatas kita
dapat mengukur diri kita seberapa besar cinta kita kepada Sang Pencipta.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul
Hadi W.M.,”Jalan Cinta dalam Tasawuf;Uraian Lembah-Lembah Keruhanian dalam
Mantiq al Thayr Karya Attar” dalam Manusia
Modern Mendamba Allah; Renungan Tasawuf
Positif (Jakarta: IIMAN,2002),h.40-41.
http:blg.boleh.com/zawiyah/15542
Seyyed
Hossein Nasr dan William C.Chittick,Islam Intelektual;Teologi,Filsafat dan Makrifat (Depok:Perenial
Press,2001),h.168.
Seyyed
Hossein Nasr dan William C.Chittick,Islam
Intelektual,h.180-181
Javad
Nurbakhsh,”Love;The Path of Unity,”Sufi,Journal
of Sufism,Issue 19 (Autumn,1993),h.6.
A.J.berry,
Pasang Surut Aliran Tasawuf,
diterjemahkan oleh Bambang herawan, (Bandung: Mizan,1993),h.139-143
Murtadha
Muthahari, Mengenal ‘Irfan: Meniti
Maqam-Maqam Kearifan,diterjemahkan oleh C.Ramli Bihar Anwar,(Jakarta:IIMAN&
Hikmah,2002,),h.50-52.Lihat juga dalam Idrus Abdullah Al-Kaf,op.cit,h.16.
Drs.H.M
Jamil,MA.Cakrawala Tasawuf,2004,Gaung
Persada Press: Cipayung Ciputat.
Drs.Jamil
H.M,MA,Cakrawala Tasawuf,h 108
Drs.Abudin
Nata,MA,Ilmu Kalam,Filsafat,dan Tasawuf
Drs.M.Jamil,MA,Cakrawala Tasawuf..,h.108
Drs.Asmaran
As.MA,Pengantar studi Tasawuf,h.268-272
Prof.N.A.Rivay
Siregar,Tasawuf Sufisme Klasik ke Neo
Sufisme,h.77
Prof.Dr.Hamka,Tasawuf perkembangan dan Pemurniannya,h.76
Lihat,Muhammad
Qorib Lentera Kasih Sayang;Membentang
Ukhuwah Menggapai Jannah
(Jakarta,2007),buku belum diterbitkan.
Lihat,Fatimah
Osman,Wahdat al Adyan ;Dialog
Pluralisme Agama (Yogyakarta:LKis,2004).
[1]
QS Al-Baqarah ayat : 165
[2]
QS.Al-Dzariyat ayat 51:56.
[3]
Abdul Hadi W.M.,”Jalan Cinta dalam Tasawuf;Uraian Lembah-Lembah Keruhanian
dalam Mantiq al Thayr Karya Attar” dalam Manusia
Modern Mendamba Allah; Renungan Tasawuf
Positif (Jakarta: IIMAN,2002),h.40-41.
[4]
http:blg.boleh.com/zawiyah/15542
[5]
Seyyed Hossein Nasr dan William C.Chittick,Islam Intelektual;Teologi,Filsafat
dan Makrifat (Depok:Perenial Press,2001),h.168.
[6]
Seyyed Hossein Nasr dan William C. Chittick, Islam Intelektual;Teologi,Filsafat
dan Makrifat h.180-181.
[7]
Javad Nurbakhsh,”Love;The Path of Unity,”Sufi,Journal
of Sufism,Issue 19 (Autumn,1993),h.6.
[8]
A.J.berry, Pasang Surut Aliran Tasawuf, diterjemahkan oleh Bambang herawan,
(Bandung: Mizan,1993),h.139-143
[9]
Murtadha Muthahari, Mengenal ‘Irfan: Meniti Maqam-Maqam Kearifan,diterjemahkan
oleh C.Ramli Bihar Anwar,(Jakarta:IIMAN& Hikmah,2002,),h.50-52.Lihat juga
dalam Idrus Abdullah Al-Kaf,op.cit,h.16.
[10]
Drs.H.M Jamil,MA.Cakrawala Tasawuf,2004,Gaung Persada Press: Cipayung Ciputat.
[11]
Drs.Jamil H.M,MA,Cakrawala Tasawuf,h 108
[12]
Drs.Abudin Nata,MA,Ilmu Kalam,Filsafat,dan Tasawuf
[13]
Drs.M.Jamil,MA,Cakrawala Tasawuf..,h.108
[14]
Drs.Asmaran As.MA,Pengantar studi Tasawuf,h.268-272
[15]
Prof.N.A.Rivay Siregar,Tasawuf Sufisme Klasik ke Neo Sufisme,h.77
[16]
Prof.Dr.Hamka,Tasawuf perkembangan dan Pemurniannya,h.76
[17]
Lihat,Muhammad Qorib Lentera Kasih Sayang;Membentang Ukhuwah Menggapai Jannah
(Jakarta,2007),buku belum diterbitkan.
[18]
Lihat,Fatimah Osman,Wahdat al Adyan ;Dialog Pluralisme Agama (Yogyakarta:LKis,2004).
[19]
Kabir Helminski,The Knowing Heart; A Sufi Path of Transformation (Boston dan
London: Sambala,1999),h.199.
[20]
Lihat Qs At-Taubah AYAT : 108 dan Qs Al-Baqarah Ayat:222
[21]
QS. Ali Imran ayat :195
[22]
QS.Ali-Imran ayat : 148
[23]
Lihat juga Qs.5:13 dan 5:93
[24]QS.Ali-Imran
ayat ;146
[25]
QS.At-Taubah ayat: 4
[26]
QS.5:42
[27]
QS.49:9
[28]
QS.60:8
[29]
QS.7:96
[30]
QS.An-Nahl: 97 dan QS Az-Zumar : 10
[31]
QS.24:55
[32]
QS.Ash-Shaf :4
[33]
QS.3 : 31